Rabu, 04 Februari 2015

contoh cerpen cinta asli


K.I.T.A
karya: Nur Syarif
@noeayip


 Pada masa itu, tuhan mempertemukan kita agar kita saling mengenal antara aku dan kamu. Belum lama kita saling mengenal, tuhan menyatukan kita seperti benih kecil yang tergeletak di atas tanah kemudian tumbuh menjadi sebuah kecamba yang dibantu oleh aliran air dari sekitar kita. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan kita lintasi bersama meski tiupan angin kadang menggoyahkan genggaman cinta kita.

 Lalu kecamba itu tumbuh tinggi menjulang tinggi ke atas menjadi sebuah pohon, mencakar langit dan menyentuh awan putih dan hitam. Pagi kita lewati dengan sebuah mentari yang memberikan sebuah ungkapan namun sulit untuk di jelaskan. Siang kita lintasi dengan tiupan-tiupan angin yang kadang membuat kita hampir tumbang, namun itu bukan halangan bagi kita untuk tetap bertahan demi sebuah keyakinan meski kita tak mengetahui cerita esok hari. Malam menjelang kita nikmati kedipan-kedipan cahaya kecil dan sebuah lingkaran yang bercahaya di balik awan gelap. Udara dingin membuat daun-daun kita berguguran dan melayang terbawa tiupan angin sebelum jatuh di permukaan tanah.

 Semakin tinggi kita semakin menandakan lama nya kita menyatu. Jauh dari sisi ku melintas seorang pria yang tak pernah aku kenal sebelum nya. Ia memperhatikan kita seperti ada sesuatu di dalam benak nya. Kemudian dia pergi dengan raut wajah yang mencurigakan. Aku mempertanyakan nya pada mu namun kau hanya menjawab "gapapa" dengan raut wajah yang membuat ku ragu untuk mempercayai nya. Sejak kejadian itu kita sedikit demi sedikit retak di lapisan bagian luar namun aku tetap bertahan. Daun-daun yang mengibaratkan cinta dan sayang kita lepas dari dahan-dahan kemudian kering dan tak berarti.

 Mentari pagi yang biasa nya memberikan ungkapan kini hanya diam seperti pertanda sesuatu. Awan hitam yang mengelilingi kita menuai butiran-butiran air yang deras membuat daun-daun kita habis di buat nya. Pria yang saat itu menemukan kita datang terburu-buru dengan sebuah kapak di tangan kanan nya. Pria itu tiba-tiba menghantam kapak itu dengan keras ke arah kita yang menimbulkan goresan besar di sisi ku. Pria itu tak henti-henti hingga kita goyah dan akhirnya rubuh dari tanah tempat kita tumbuh bersama. Aku merasakan kesakitan yang tiada henti. Pria itu mulai membelah kita menjadi dua bagian yang memisahkan antara aku dan kamu. Pria itu sempat berfikir dan kebingungan. Tanpa pikir panjang pria itu membawa kamu sambil memegangi mu dengan erat. "Mungkin pria itu akan kembali dan mempertemukan aku dengan dia lagi" pikir ku.

 Waktu terus berjalan hingga tetesan air terhenti dan mengering. Pria itu tak kunjung kembali juga sampai aku lapuk dan rapuh seperti tak berarti lagi. Burung hijau indah tiba-tiba menghampiri ku dan mengatakan bahwa kamu di buat ia menjadi sebuah hiasan yang menemani dia sepanjang waktu. Sesak perasaan ku namun aku tak dapat banyak berbuat "aku mah apah atuh" hanya sebuah potongan pohon yang tak berarti lagi dan mulai tenggelam di hisap oleh tanah. Sebuah keajaiban datang dalam diri ku, mentari tiba-tiba berkata "move on".



        "Tuhan mempertemukan kita, menyatukan kita,                                               
          ☕☕☕dan pada akhirnya Dia memisahkan kita"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

beri tanggapan anda